Saat Menjadi Kecebong, Katak Tebu Menjadi Kanibal Memakan Sesama Sejenisnya

Jakarta - Katak tebu adalah spesies katak invasif di Australia. Saat memasuki fase kecebong, anak-anak katak ini menjadi kanibal dengan memakan kecebong-kecebong katak tebu lainnya. Studi baru menemukan, anak-anak katak berkembang lebih cepat, mengurangi waktu yang dibutuhkan kecebong-kecebong lapar untuk melahap mereka.

"Jika kanibal mencari Anda, semakin sedikit waktu yang Anda habiskan sebagai telur atau tukik, semakin baik," kata pemimpin peneliti Jayna DeVore, ahli biologi yang melakukan penelitian sebagai rekan penelitian pascadoktoral di University of Sydney.

Kendati demikian, berkembang biak dengan sangat cepat mungkin bisa menjadi hal buruk. Dibandingkan dengan anak katak yang tumbuh regular, namun, anak-anak katak tebu yang tumbuh jauh lebih cepat akan bernasib lebih buruk, ketika mereka mencapai tahap kehidupan kecebong.

"Jadi tidak layak untuk mencoba membela diri dengan cara ini kecuali kanibal benar-benar datang untuk Anda,"kata DeVore, dilansir dari Live Science, Kamis (2/9/2021).

Katak tebu bernama latin Rhinella marina adalah katak untuk spesies invasif di Australia. Saat menjadi kecebong, katak ini menjadi kanibal dengan memakan tukik atau anak-anak katak tersebut. Untuk diketahui, jenis kodok beracun berkutil, yang terkenal suka menelan apapun yang cocok dengan mulutnya yang lebar, berasal dari Amerika Selatan.

Pada tahun 1930-an, para petani di Queensland, Australia, mengira katak akan menjadi pemangsa yang sempurna untuk melahap kumbang yang merusak ladang tebu. Akan tetapi, tanpa killer alami di Down Under, populasi kodok membengkak dari hanya 102 individu menjadi lebih dari 200 juta, menurut WWF Australia.

Menurut DeVore, penyebab lonjakan populasi katak tebu ini adalah katak betina bertelur lebih dari 10.000 telur. "Saat telur-telur ini pertama kali menetas, anak-anaknya belum bisa berenang atau makan, jadi mereka hanya bisa berbaring di dasar kolam sampai mereka berkembang menjadi berudu (kecebong),"kata DeVore.

Kecebong yang lapar menyerang selama periode penetasan yang rentan ini. Begitu tukik atau anak katak tebu berkembang menjadi berudu, mereka terlalu besar dan bergerak untuk dimakan kecebong lain, sehingga katak kanibal harus bekerja cepat jika ingin memakan semuanya.

Dengan menjadi kanibal di fase kecebong, ternyata dapat membantu pertumbuhan diri mereka sendiri. Katak-katak ini word play here akan mendapat nutrisi dan menghilangkan persaingan di kemudian hari. "Ketika pertama kali melihat perilaku ini di alam liar, saya kagum dengan betapa rakusnya kodok tebu mencari tukik kodok tebu dan memakannya,"kata DeVore. 

Evolusi katak kanibal sangat cepat

Untuk menentukan apakah perilaku ini normal atau apakah itu merupakan adaptasi terhadap persaingan ekstrim di antara kodok tebu invasif, DeVore dan rekan-rekannya membandingkan katak tebu invasif Australia dengan kodok asli, atau kodok tebu dari daerah asli mereka.

Beberapa percobaan mengungkapkan bahwa kodok invasif, baik tukik maupun berudu kanibalistik, berevolusi dengan kecepatan sangat tinggi. Dalam satu percobaan yang dilakukan lebih dari 500 kali dengan individu yang berbeda, DeVore dan rekan-rekannya menempatkan satu kecebong dalam wadah berisi 10 tukik.

"Meskipun kecebong asli memang terlibat dalam beberapa kanibalisme, kami menemukan bahwa tukik 2,6 kali lebih mungkin dikanibal jika kecebong itu berasal dari Australia daripada jika dari habitat aslinya,"katanya.

Selain itu, kecebong invasif jauh lebih tertarik pada tukik daripada kecebong asli. Dalam percobaan lain, tim menempatkan berudu di kolam dengan dua perangkap; satu jebakan berisi tukik, dan jebakan lainnya kosong.

"Di Australia, kecebong kanibalistik tertarik pada tukik; kemungkinan kecebong Australia memasuki perangkap yang berisi tukik adalah sekitar 30 kali lipat dari kecebong yang memasuki perangkap kosong,"kata DeVore.

Sebaliknya, kecebong asli dari environment asalnya tidak tertarik pada tukik, mereka kemungkinan besar akan memasuki perangkap kosong seperti halnya perangkap tukik. "Ini menunjukkan bahwa daya tarik kuat ke tahap tukik yang rentan, yang membantu kecebong kanibal untuk mendeteksi dan menemukan korban mereka di Australia, tidak ada di habitat aslinya,"imbuh DeVore.

Untuk melawan, tukik invasif telah mengembangkan strategi melarikan diri. Ketika para peneliti membandingkan waktu yang dihabiskan telur dan tukik untuk berkembang, mereka menemukan bahwa kodok invasif berkembang lebih cepat daripada kodok asli.

"Di kedua kelompok, kami menemukan bahwa cengkeraman katak tebu dari Australia berkembang lebih cepat, mereka mencapai tahap kecebong yang kebal dalam waktu sekitar empat hari, sedangkan cengkeraman asli membutuhkan waktu sekitar lima hari,"kata DeVore.

Anak tukik dari katak tebu invasif, memiliki respons yang lebih fleksibel dibandingkan tukik alami, ketika kecebong kanibal datang. DeVore mengatakan tukik katak tebu dari Australia lebih mungkin merasakan kehadiran katak kanibal di sekitarnya, dan benar-benar mempercepat perkembangan mereka sebagai respons. Sementara strategi ini membantu tukik bertahan hidup, mereka membayarnya nanti.

Lantas, apakah kanibalisme katak tebu dapat menyebabkan kepunahan spesies ini? "Mungkin, tidak (menyebabkan kepunahan). Kodok tebu Australia mungkin musuh terburuk untuk kelompok mereka sendiri, tapi saya harap mereka tidak punah dalam waktu dekat,"kata DeVore.

DeVore menjelaskan perilaku kanibal dari katak tebu ini memberikan manfaat bagi mereka dengan memakan jenis mereka sendiri. "Kabar baiknya adalah kanibalisme dapat mengendalikan pertumbuhan populasi.

Jadi, meskipun kodok tebu tidak mungkin membuat diri mereka punah, perilaku kanibalistik ini dapat membantu mengatur kelimpahan mereka setelah invasi," kata DeVore. Studi katak kanibal dari Australia ini telah dipublikasikan di jurnal Process of the National Academy of Sciences edisi 31 Agustus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berita Mengejutkan Sebuah Robot Penjelajah Memfoto Objek Misterius di Bulan

China Meluncurkan Empat Misi Luar Angkasa Dari 3 Pangkalan Berbeda Dalam Rentang Seminggu

Ilmuwan Jelaskan Dampak Dari Ribuan Satelit Yang Mengorbit di Bumi, Sebagai Berikut